Kamis, 20 Februari 2014

Kacamata dan Obat Pemberantas Koruptor


SDKecil2
“Inilah kaca mata untuk menangkap koruptor,” ujar Rina ketika mempresentasikan sebuah gambar. Rina dan kawan-kawannya membayangkan teknologi yang bisa membedakan antara koruptor dengan yang bukan. “Jadi KPK mudah menangkap koruptor,” katanya.
Selain kaca mata, ada pula Tio dan kelompoknya yang ingin menjadi dokter. Dengan sebuah obat besar “antikorupsi” yang akan memberantas korupsi. Apa khasiat obat ini? “Obat ini bisa membuat koruptor insyaf,” kata Tio.
Rina, Tio dan 96 siswa kelas V dari SD Global Mandiri Jakarta lainnya tengah mempresentasikan cara agar anak-anak bisa berpartisipasi dalam memberantas korupsi di Indonesia. Mereka diminta menggambarkan dalam sebuah karton putih dengan waktu terbatas. Hasilnya, banyak sekali ide-ide yang tak terduga orang dewasa.
Rabu (19/2) ini, KPK mendapat kunjungan dari tamu-tamu cilik. Ada dua sekolah yang datang dalam rangka memperdalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selain Global Jaya, pagi harinya, ada 28 siswa kelas V SDN Pulo 07 Kebayoran Baru, Jakarta.
Fungsional Dikyanmas KPK, Handa mengaku kagum dengan ide kreatif mereka. Meski masih kecil, mereka sudah punya semangat untuk membantu tugas KPK dalam memberantas korupsi. “Ide mereka sama sekali tidak terduga. Luar biasa semangatnya,” kata Handa.
Biasanya, memang sekolah rutin tiap semester menggelar kunjungan kepada instansi pemerintahan. KPK termasuk dalam destinasi sekolah dalam rangka memperdalam sejumlah mata peajaran. Maslikah, salah seorang guru SDN 07 Pulo, mengakui kegiatan luar sekolah diperlukan agar anak tidak jenuh dan mudah mencerna mata pelajaran. “Kita perlu variasi metode belajar agar anak tidak jenuh belajar di dalam kelas,” katanya.
Dalam menjamu tamu ciliknya, KPK juga memberikan informasi tentang profil dan sepak terjang KPK, juga pemahaman nilai dan karakter antikorupsi, melalui pemutaran film animasi Sahabat Pemberani, games dan diskusi.
Dalam sesi diskusi, para fungsional Dikyanmas juga kewalahan menghadapi “hujan” pertanyaan dari para siswa.
“Kenapa koruptor tidak dihukum mati?”
“Kapan korupsi habis di Indonesia?”
“Bagaimana KPK menyelesaikan kasus korupsi”
“Barang sitaan itu diapakan?”
Fungsional Dikyanmas Sandri Justiana melayani setiap pertanyaan dengan sabar. Ia juga memancing siswa lainnya untuk menjawab, lalu mengarahkan dengan jawaban yang benar. “Antusiasme dan rasa ingin tahu harus terus dipelihara dan diarahkan. Agar anak tumbuh dengan daya nalar yang baik,” katanya.

  (Humas KPK)

0 komentar:

Dí lo que piensas...